• Home
  • Jambi
  • Nasional
  • Lingkungan
  • Seni Budaya
  • Wisata

  • Home
  • Jambi
  • Nasional
  • Lingkungan
  • Seni Budaya
  • Wisata
HomeJambiPerjuangan Warga Air Liki di Pedalaman Jambi

Perjuangan Warga Air Liki di Pedalaman Jambi

  • September 18, 2018
  • comments
  • ramond
  • Posted in JambiWisata
  • 0

Jambipro.com – Matahari tak lagi menyengat, gumpalan awan terlihat di hulu Batang Tabir, sore itu, awal September 2018. Belasan ketek (kendaraan air) sudah bersiap di Dermaga Desa Ngaol, membawa penumpang menuju Desa Air Liki, Kecamatan Tabir Barat, Kabupaten Merangin, Jambi. Ketek panjang 5 meter ini hanya bisa ditumpangi 3 orang, termasuk sopir. Lebih dari itu tidak dianjurkan, karena medan yang ditempuh melewati sungai berarus deras, berbatu dan bergelombang.

Selama perjalanan, penumpang akan melewati lembah-lembah di kiri kanan dan tebing bebatuan. Semakin ke hulu, semakin gelap, sungai meliuk di bawah bukit tinggi berhutan rapat. Lamanya perjalanan tak terasa, pemandangan menyejukan mata, liukan ketek membelah ombak dan menghindari bebatuan sungai, memacu adrenalin penumpang.

Menempuh perjalanan 1,5 jam, ketek tiba di Batu Kembung, daerah terakhir yang bisa dilalui kendaraan air. Dermaga sudah bagian dari Desa Air Liki, namun belum sampai ke pusat desa. Tidak ada pilihan, selain menggunakan jasa ojek yang sudah bersiap di Dermaga Batu Kembung. Kendaraan roda dua ini sudah dimodifikasi menggunakan ban yang biasa digunakan di jalanan berlumpur.

Tak jauh berbeda dengan perjalan air, menuju Desa Air Liki menggunakan ojek juga memacu adrenalin. Bagaimana tidak, jalanan hanya selebar bentangan tangan orang dewasa, melalui pinggir bukit dengan tanjakan dan turunan curam. Jalan yang dilalui, sebelah kanan dinding bukit, sebelah kiri jurang. Sesekali melalui jembatan gantung melintasi sungai. Apalagi, pada saat ke Air Liki ini, hujan baru saja berhenti. “Kami sudah biasa. Tenang saja pak,” kata sopir ojek yang bahunya saya pegang kuat selama perjalanan.

Hari mulai gelap, jalanan hanya tampak sejauh lampu kendaraan ojek. Akhirnya, setelah menuruni bukit, terlihat rumah-rumah desa yang semakin gelap. Desa Air Liki tidak ada listrik. Beberapa rumah lebih memilih menggunakan lampu teplok, menggunakan bahan bakar solar. “Minyak tanah susah mendapatkannya. Jadi kami menggunakan solar, untuk menghidupkan lampu sebagai penerangan,” kata sopir ojek bernama Juki ini.

Tiba di rumah Kepala Desa Air Liki, terlihat lebih terang. Karena, rumah Kades menggunakan mesin Genset sebagai sumber listrik. “Sebenarnya desa kami menggunakan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro). Tapi beberapa minggu ini sedang dalam perbaikan,” kata Kepala Desa Air Liki, Pulpi Marlinton di kediamannya.

Diceritakan Pulpi, Desa yang dipimpinnya ini jauh dari kehidupan daerah lain yang ada di Jambi. Karena, untuk menempuh Desa Air Liki, butuh perjuangan. Akibatnya, biaya transportasi menjadi besar. Tidak bisa pulang hari itu juga, harus menginap. “Kalau mau ke Bangko (Ibu kota Kabupaten Merangin), satu juta rupiah hanya untuk transportasi pulang pergi kami saja. Belum biaya makan dan yang lainnya,” katanya.

Menuju Bangko, warga harus mengeluarkan ongkos ojek ke Batu Kembung, dilanjutkan dengan ketek menuju Desa Ngaol, dan disambung lagi menggunakan angkutan umum. “Apalagi kalau mau ke Kota Jambi. Ke Bangko saja bisa memakan waktu setengah hari,” jelasnya.

Butuh Pembangunan Infrastruktur, Kesehatan dan Pendidikan

Kades Air Liki mengaku sudah berulang kali mengajukan pembangunan desanya kepada Pemerintah Kabupaten Merangin. Seperti akses jalan darat dari Desa Ngaol ke Air Liki. Kata Kades, pernah dilakukan peninjauan jalan oleh Dinas Pekerjaan Umum pada 2017. Namun, setelah itu tak ada kabar berita.

Fasilitas pendidikan, di desanya ada sekolah satu atap, digunakan untuk SD dan SMP. “Warga desa ini kalau anaknya mau melanjutkan pendidikan ke SMA, terpaksa harus menyekolahkan ke Bangko. Jelas biayanya lebih besar,” ungkapnya.

Sehingga, tak banyak anak-anak di Air Liki memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA. Mereka memilih untuk membantu orang tua bekerja di kebun atau menjadi tukang ojek dan ketek. “Bagi orang tua yang mampu, mereka menyekolahkan anaknya ke Bangko. Tapi mereka akhirnya jarang ketemu, paling setahun sekali, kalau libur sekolah,” tambah Kades.

Pelayanan kesehatan, juga sulit didapatkan warga Desa Air Liki. Saat ini hanya ada puskesmas dengan dua bidan desa. Tentu hanya sanggup memberikan pelayanan kesehatan yang tidak begitu parah. Tapi, ketika ada warga Air Liki sakit parah, dan harus dibawa ke rumah sakit, warga desa bersama-sama membuat tandu, menggendong warga yang sakit menuju Dermaga. “Biasanya tandu kami buat menggunakan kayu dan kain,” ujar Kades.

Sedangkan untuk komunikasi, sudah lama warga Desa Air Liki tidak bisa berkomunikasi dengan warga luar. Tidak ditemukan sinyal di kampung ini. “Tidak laku android di desa kami,” katanya.

Beruntung, untuk pembangkit listrik warga Desa Air Liki sudah dibuatkan PLTMH pada tahun 2012. Pada tahun ini, PLTMH di Air Liki salah satu yang dibantu dalam program kerjasama UNDP, EBTKE-ESDM dengan dukungan BAZNAS melalui dana zakat dan Bank Jambi dengan dana CSR untuk pemenuhan akses listrik dan pengentasan kemiskinan di Provinsi Jambi. Bersama dengan tiga desa lainnya, Air Liki Baru, Ngaol dan Lubuk Bangkar di Kabupaten Sarolangun.

Potensi Ekonomi dan Wisata Minat Khusus

Sementara itu, Judir, Ketua RT 04 Desa Air Liki, berharap desanya tersentuh pembangunan. Sehingga, kesulitan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan yang mereka alamai selama ini bisa segeara teratasi. “Hasil tani dari kebun kami sulit sekali dibawa ke luar. Nunggu ada uang lebih untuk bisa dijual. Karena, biaya angkut mahal,” jelasnya.

Warga Air Liki selama ini bertanam karet. Karena harga karet turun, beberapa tahun belakangan mereka beralih menanam kopi. Sudah mulai ada yang panen. Tidak sedikit yang baru memulai membuka kebun kopi. Rata-rata 20 ton kopi dihasilkan warga Desa Air Liki per bulan. “Untuk ojek, ketek dan mobil, masing-masing mengambil seribu rupiah per kilogram. Berapa lagi yang kami dapatkan dari menjual kopi,” jelasnya.

Sedangkan potensi wisata Desa Air Liki, diakui Kades belum dimaksimalkan. Padahal, diakui Kades Air Liki, desanya punya pemandangan alam yang indah. Bentang alam yang menyejukan mata. Sampai kepada wisata sejarah budaya. “Air terjun bisa kita temukan pada perjalanan menuju Desa Air Liki melalui Batang Tabir. Bagi yang membutuhkan ketenangan berlibur, memang tepat untuk memilih desa kami ini,” katanya.

Desa Air Liki juga memiliki ragam cerita sejarah dan budaya. Mulai dari Menhir Batu Lesung, sampai bangunan sekolah peninggalan penjajah Belanda. Bahkan, legenda rambut panjang yang buktinya masih disimpan ahli rapi ahli waris. “Sampai sekarang batu lesung dan bangunan sekolah peninggalan Belanda belum masuk ke dalam Cagar Budaya,” pungkas Kades. (M Ramond EPU)

Related Posts

comments
Jambi

Otak Kasus Pembunuhan Tak Seharusnya Dapat Remisi

comments

Melawan Konten Negatif di Medsos

comments

Pesona Pelangi Memudar di Dunia Maya

Share this

0
SHARES
FacebookTwitterGooglePinterest
RedditTumblr

About author

ramond

Related Posts

comments
Jambi

Otak Kasus Pembunuhan Tak Seharusnya Dapat Remisi

comments

Melawan Konten Negatif di Medsos

comments

Pesona Pelangi Memudar di Dunia Maya

comments

Layanan Puskesmas Ramah LGBT Terancam Tutup

Tags

  • air liki
  • JAMBI
  • merangin
  • wisata

Comments

Copyright © 2017 Jambipro.com
    Tentang Kami | Pedoman Media Siber | Disclaimer
Got a hot tip? Send it to us!

Your Name (required)

Your Email (required)

Video URL

Attach Video

Category
SportNewsTechMusic

Your Message

Got a hot tip? Send it to us!

Your Name (required)

Your Email (required)

Subject

Your Message